Majikan Cantik

Dia suka buku.

“Hadeuh! Gerutu suamiku sambil menepuk-nepuk dengan agak keras jok sepeda motornya agar terbebas dari bulu-bulu kucing. Selalu ada saja kucing yang suka mampir di garasi kami untuk minta makan atau tidur di jok motor. Omelan suamiku lebih Panjang lagi kalau ban mobil mengenai tahi kucing karena memang baunya bisa menyebar hingga ke ruang tamu. Karena itulah selama ini hanya ikan hias saja yang aku dan anak-anakku pelihara, ayah mereka pasti tidak setuju kalau kami memilih kucing sebagai hewan peliharaan.

Rahma, Si Bungsu, saat TK bersama kucing betina yang biasa mampir ke garasi. Mengelusnya lumayan bisa mengobati keinginan untuk memelihara kucing.

Waktu berlalu, ketidaksukaan suamiku pada kucing tidak berkurang, terutama kucing garong yang suka mencuri makanan. Diusirnya kucing itu dengan menyemprotkan air dengan selang air penyiram tanaman. “Nih, rasakan!” omelnya. “Kucing paling takut sama air, dengan disemprot air seperti itu dia akan kapok dan tidak akan datang lagi,” jelas suamiku. …

“Buk, aku melihara kucing ya?” pinta Ikyu tiba-tiba.  Saat Covid 19 melanda, Ikyu pulang ke Malang karena perkuliahan dilaksanakan secara Online via Zoom Meeting. Tampak sekali Ikyu merasa kesepian di rumah sendirian tanpa keberadaan kakak dan adiknya. Lho, kok kebetulan sekali sudah 2 hari ini di teras depan rumah tetangga depan rumah ada bayi kucing meong-meong terus ditinggal induknya. “Itu di depan ada bayi kucing meong-meong terus, itu saja,” kataku pada Ikyu mengizinkan. Rupanya bayi kucing itu terjepit bilah-bilah kayu dan induknya tidak bisa melepaskannya sehingga terpaksa meninggalkannya, pergi bersama 2 bayinya yang lain.

Kiti waktu masih imut.

Dengan telaten Ikyu merawat “Kiti”, demikian kami memberi nama anak kucing itu. Dibelikannya Kiti susu bubuk khusus bayi kucing dan botol susunya. Botol susu itu hanya bertahan beberapa hari saja, segera saja puting karetnya putus digigit Kiti. He he …. Dari bayi kucing, Kiti tumbuh cepat menjadi anak kucing yang sehat, bulunya yang semula jarang dan kasar menjadi lebat dan halus. …

“Awaaasss!” teriak Bu Fat mengagetkan aku dan Ikyu. “Miiikkk … Miikkk … Kiti ketabrak sepeda motor!” Serunya. Kami bergegas melihat Kiti. Tidak ada luka terbuka di tubuh Kiti, jalannya juga tidak pincang, Kiti gapapa, alhamdulillah. Pasti tadi yang dimaksud Bu Fat tadi “kesenggol” bukan “ketabrak”.

Beberapa hari kemudian Kiti muntah-muntah dan pup di lantai rumah mencret, padahal dia sudah terbiasa pup di “WC”nya, sekotak pasir khusus binatang peliharaan. Pastilah Kiti tidak bisa menahan pupnya. Kiti sakit, kasihan dia …. Aku tanya-tanya pada Kiki, salah seorang anak buah Mas Geng, yang sudah lama memelihara kucing. Kiki menduga organ dalam Kiti ada yang terluka sewaktu tertabrak tempo hari. Kiki menyarankan agar kami membawa Kiti ke klinik hewan peliharaan di daerah Sawojajar yang ada alat rontgennya. Segera kami membawa Kiti ke sana untuk diperiksa. Alhamdulillah, tidak ada cedera di bagian dalam tubuhnya. Kiti hanya diberi obat dan vitamin. Alhamdulillah lagi dan lagi ….

Bagaimana reaksi Mas Geng melihat ada kucing dipelihara di dalam rumah? Masih sama dengan waktu sebelum Kiti dipungut dari teras rumah depan itu. Mas Geng sering nggedumel tak keruan, kalau ada apa-apa selalu menyalahkan Kiti. Yang banyak bulu kucing dimana-mana lah, yang bau lah, yang ini lah, yang itu lah. Pokoknya Mas Geng tidak “welcome” menerima Kiti. …. Semakin lama Kiti menunjukkan kelucuannya, Mas Geng juga semakin melunak. Sering kupergoki Mas Geng mengelus Kiti. Beberapa kali saat Mas Geng berbaring, Kiti datang-datang menindih tubuhnya tepat di dada; Mas Geng sama sekali tidak keberatan. Kami juga sering berbagi tempat tidur dan bahkan harus mengalah pada Kiti. Saat Mas Geng kerja, Kiti kadang menungguinya dengan duduk di atas meja kerja di samping komputer. Seringkali Mas Geng harus mengalah duduk di kursi lipat biasa kalau Kiti mendahului menduduki “kursi kebesaran”nya.

Kiti menemani Mas Geng Kerja.

Bukan hanya Ikyu, Aku dan Mas Geng yang sayang pada Kiti, Ian kakak Ikyu dan Rahma adik Ikyu yang tidak selalu tinggal di rumah juga. Kiti beberapa kali mengira Ian adalah Ikyu, Kiti menunggu di depan kamar mandi mengira di dalamnya adalah Ikyu. Ternyata yang keluar Ian. Yeee … Kiti kecele. Kiti memang paling manja ke Ikyu, minta tidur di kamar Ikyu, minta diajak main sama Ikyu, kalau “meang-meong” ke Ikyu suaranya manja banget, langsung lari mendekat jika yang memanggil Ikyu. Ikyu punya cara sendiri untuk menggendong Kiti, ditaruhnya Kiti di pundaknya maka tenanglah Kiti di situ. Anehnya, digendong dengan cara yang sama tetapi beda orang, aku misalnya, maka Kiti tidak kerasan. Hiii…! Dasar “cewek genit” sukanya hanya sama cowok ganteng.

Rahma yang sekarang kuliah di Jember sering-sering merasa kangen dengan Kiti. “Aaaa… aku kangen Kitiii…,” demikian chat Rahma di grup wa keluarga. Maka sering-seringlah aku dan Ikyu mengirim foto atau video tentang kelucuan Kiti di grup itu. Jika di rumah saat liburan Rahma senang bermain dengan Kiti, kadang menciuminya. Tapi lebih aman bagi Kiti kalau Rahma tidak pulang ke Malang, dia akan terhindar dari “bullying” bahkan “KDRT”. Bagaimana tidak! Kiti menjadi tidak berdaya bila Rahma memposisikan tangannya pada “tangan” Kiti sedangkan Kiti dalam posisi telentang. Kiti menjadi tidak bisa berkutik sama sekali. Lihat pandangan mata Kiti yang memelas, dia seolah minta tolong pada orang lain yang sedang berada di dekat situ, Ikyu, aku atau Mas Geng. Kasihan Kiti ….

Siapa lagi yang sayang sama Kiti? Para tetangga sayang Kiti. Ais anak Pak Miftah paling sering membelai Kiti, rupanya Kiti membalas rasa sayang Ais dengan sering main ke rumahnya.

“Kiti sering mengetuk pintu rumah saya minta masuk,” kata ibu Ais suatu kali.

Kali lain Bu Fat, Si Asisten, ke rumah Bu Dwi untuk suatu keperluan, dia mendapati Kiti sedang “bertengger” di atas meja tamu. “Lho, Kiti!’ serunya.

“Biar, biar. Biarkan saja, sudah biasa kok, nanti kalau sudah bosan dia akan pergi sendiri,” Bu Dwi melarang Bu Fat mengusir Kiti. Bu Fat sendiri sangat sayang pada Kiti. Setiap pagi saat dia tiba di rumah kami untuk “ngantor” bukannya “assalamualikum” yang dia ucapkan pertama kali tapi “Kitiii… Kitiii….”

Terus siapa lagi? Beberapa anah buah Mas Geng yang kerja di rumah sebelah sayang Kiti. Setiap kali datang Ela selalu memanggil-manggil Kiti, demikian juga Kadir. Arvi tidak hanya memanggil-manggil, tiap kali ngantor dia selalu menggendong Kiti sebelum mulai kerja.  Riska malah terlebih lagi. Selain membawa makanan untuk Kiti, cara dia menimang Kiti membuat “ayah”nya cemburu. “Anakku, Sayangku, sudah makan?” “Aduh Anakku kenapa? Sakit ya?” Demikian kata-kata Riska sambil menciumi Kiti. Ikyu tidak terima mendengarnya. “Kiti itu anakku! Bukan anaknya Mbak Riska!” Diantara kami bertiga, Ikyulah “pawrent” sekaligus “babu” Kiti, sedangkan aku dan Mas Geng “ongkel” dan “onty”nya.

Kiti dan “babu”nya mau pergi ke Luna Petshop untuk grooming.

Kiti bahkan punya jadwal khusus untuk ngantor di Transkomunika. “Supervisor”, itulah jabatan Kiti. Sekitar jam 9 saat para Transkomer mulai berdatangan untuk masuk kantor, Kiti ikut masuk, langsung menuju “kursi jabatan”nya, melompat ke kursi itu, “bertengger” dan mulai memejamkan mata untuk memulai tugasnya mensupervisi para Transkomer. …

Jam couple Michael Kors hadiah dari Sasa menantu kami.

“Aduh!” kudengar dari dalam kamar tidur suara Mas Geng mengaduh. Tadinya aku mengira kepalanya kejedot rak buku, nggak tahunya jam tangan kesayangannya hadiah dari anak mantu kami, Sasa, jatuh ke atas lantai keramik tersenggol Kiti. Kacanya retak, jam tangan itu rusak, tidak bisa digunakan lagi. “Padahal aku sudah mulai cocok dengan jam tangan itu,” itu saja yang terdengar dari mulut Mas Geng. Rupanya Mas Geng sekarang benar-benar sayang pada Kiti. Kitiii… Kitiii…

Satu pemikiran pada “Majikan Cantik

  1. Fatimah

    Ya Mik kiti memang lucu dan kadang kiti nakal juga diam ” sukak ngigit kaki bikin orang kaget ,kiti juga sudah terbiasa dalam bergaul sama siapa saja misalkan saya datang kiti sudah berpikir sudah nunggu di kantor sebelah ,kalau kiti mau keluar masuk rumah minta di bukakkan pintu walau dia hanya sekedar berbasa kucing setidaknya kita semua merasa kalau kiti mau ngapain gitu itu yg membuat saya sayang sama kiti dan kadang kiti tidak perduli mau tidur dan duduk di tempat ” yg ia sukai apalagi sukanya di bufet tempat bukunya Abah dan di tempat tidurnya Umik , lucunya lagi kiti juga ngajak berhemat di kasih pasir Kiti jarang mau pipis atau bab di pasir yg beli kiti lebih milih bab di tempat lain ya kiti kucing kampung kucing lucu kucing manja kucing beruntung sampek ” di namakan majikan cantik 🤭

Tinggalkan komentar